Sabtu, 21 April 2012

Dzikir tawakkal


بِسمِ الله رَبِّيَ الله حَسِْبيَ الله تَوَكَّلْتُ عَلَى الله ِاعْتَصَمْتُ بِالله فَوَّضْتُ اَمرِيْ اِلَى الله مَاشَاءَالله لاَقُوَّةَ اِلاَّبِالله
ijazah doa dari hubbabah aminah al athas istri dari Hb.Ahmad Althas yg mau baca tafaddhal ana sambungin lg ijazahnya n ucapin qobiltu ijazah yaaaa

GHIBAH


GHIBAH
Ghibah adalah menyebutkan, membuka dan membongkar aib saudaranya dengan maksud jelek.
Imam muslim meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah.saw bersabda : “Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah? Para sahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya yg lebih tahu.” Kemudian rasulullah bersabda: “ Engkau menyebutkan sesuatu yg ada pada saudaramu yg dia membencinya. Jika yg engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika tidak benar maka engkau telah berbuat kedustaan atasnya.”

Hukum Ghibah.

Ghibah termasuk dosa besar yg sangat di cela oleh Allah.swt. Al-Qur’an mengibaratkan orang yg suka menggunjing, seperti orang yg memakan daging saudaranya sendiri. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:”Dan janganlah kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yg lainnya. Apakah kalian suka salah seorang diantara kalian memakan daging saudaramu yg sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya…”(Al Hujurat:12)
Suatu hari Sayyidah Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah tentang Shofiyyah bahwa dia adalah wanita yg pendek. Maka Rasulullah.saw bersabda: “Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yg kalau seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan merubah air laut.”(H.R Abu Dawud)
Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa ghibah dapat merubah rasa dan aroma air laut, disebabkan betapa busuk dan kotornya perbuatan ghibah.
Sekedar menggambarkan bentuk tubuh seseorang saja sudah mendapat teguran keras dari Rasulullah, lalu bagaimana dengan menyebutkan sesuatu yg lebih keji dari itu?. Tentunya Allah mengatur adanya cerita dari seorang Ummul mu’minin yaitu sayyidah Aisyah sekedar menjelaskan betapa besar ancaman dari ghibah tanpa memandang bulu.
Rasulullah.saw bersabda: “ketika aku mi’raj (naik ke langit), aku melewati suatu kaum yg kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya:”siapakah mereka itu wahai Jibril?” Malaikat Jibril menjawab: “ Mereka adalah orang-orang yg memakan daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.”(H.R.Abu Dawud). Yang dimaksud dengan ‘memakan daging-daging manusia’ dalam hadits ini adalah berbuat ghibah (menggunjing).
Dari sahabat Jabir bin Abdillah beliau berkata: “Suatu ketika kami pernah bersama Rasulullah mencium bau bangkai yg busuk. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam berkata:”Apakah kalian tahu bau apa ini? (ketahuilah) bau busuk ini berasal dari orang-orang yg berbuat ghibah.”(H.R. Ahmad).
Ancaman yg terkandung dalam ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan ghibah ini termasuk perbuatan dosa besar, yg seharusnya setiap muslim untuk untuk selalu berusaha menghindar dan menjauh dari perbuatan tersebut. Begitu juga dengan orang yg mendengar ghibah. Ia tidak terbebas dari dosa kecuali dengan mengingkari secara lisan atau dengan hatinya. Rasulullah.saw bersabda “Barang siapa yg membela kehormatan saudaranya yg yg sedang dipergunjingkan, maka Allah.swt akan membebaskannya dari api neraka.”(H.R.Ahmad).

Faktor Penyebab Ghibah

Imam Al Ghozali menyebutkan beberapa factor yg mendorong ghibah :
1.    Melampiaskan kemarahan. Jika sedang marah, orang dengan mudah menyebutkan keburukan-keburukan.
2.    Menyesuaikan diri dengan kawan-kawan, dengan berbasa-basi dan mendukung pembicaraan mereka walaupun menyebut aib orang.
3.     Ingin mendahului menjelek-jelekkan keadaan orang yg dikhawatirkan memandang jelek ihwalnya di sisi orang yg disegani.
4.    Keinginan bercuci tangan dari perbuatan yg dinisbatkan kepada dirinya.
5.    Ingin membanggakan diri. Mengangkat dirinya sendiri dan menjatuhkan orang lain.
6.    Kedengkian. Bisa jadi ia mendengki orang yg disanjung, dicintai dan dihormati orang banyak, lalu ia menginginkan lenyapnya nikmat dari orang itu, dengan mempermalukan orang tersebut di hadapan orang banyak.
7.    Bermain-main, senda gurau dan mengisi waktu kosong dengan lelucon. Lalu ia menyebutkan aib orang lain agar orang-orang menertawakannya.

Taubat dari Ghibah

Pada dasarnya orang yg melakukan ghibah telah melakukan dua kejahatan: kejahatan terhadap Allah Ta’ala karena melakukan perbuatan yg jelas dilarang oleh-Nya, dan kejahatan terhdap manusia karena telah menodai kehormatan manusia. Dalam hadits shahih, diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yg memiliki tuntutan kezaliman dari saudaranya menyangkut kehormatan atau harta maka hendaklah ia meminta pembebasannya sebelum datangnya hari dimana tidak ada dinar maupun dirham, tetapi akan diambil dari kebaikan-kebaikannya maka keburukan-keburukan saudaranya diambil ditambahkan kepada keburukan-keburukannya.” Maka langkah-langkah yang harus diambil untuk menebus perbuatan maksiat ini adalah dengan cara:
1.    Taubat, yang mencakup tiga syaratnya yaitu meninggalkan perbuatan maksiat tersebut, menyesali perbuatan yg telah dilakukan dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi.
2.    Mendatangi orang yang digunjingkan kemudian minta maaf atas perbuatannya dan menunjukkan penyesalannya yg telah membuka aib.
3.    Beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah.swt untuk orang yg pernah digunjingnya.
4.    Menyebutkan kebaikan-kebaikan orang yg dighibahi itu di tempat-tempat yg pernah ia berbuat ghibah kepadanya.

Kiat Menghindari Ghibah

Untuk mengobati kebiasaan ghibah yg merupakan penyakit yg sulit dideteki dan sulit di obati ini ada beberapa kiat yg bisa kita lakukan.

Pertama, selalu ingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah.swt dan turunnya adzab dariNya.

Kedua, selalu ingat bahwasanya timbangan kebaikan pelaku ghibah akan pindah kepada orang yg digunjingkannya. Jika ia tidak mempunyai kebaikan sama sekali maka akan diambilkan dari timbangan kejahatan orang yg digunjingkanya dan ditambahkan kepada timbangan kejahatannya.

Ketiga, mengingat dulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya. Dengan demikian akan timbul perasaan malu pada diri sendiri bila membuka aib orang lain sementara dirinya sendiri masih mempunyai aib.

Keempat, jika aib orang yg hendak di gunjingkan tidak ada pada dirinya sendiri hendakna ia segera bersyukur kepada Allah.swt karena telah menghindarkannya dari aib tersebut bukannya malah mengotori dirinya dengan aib yg lebih besar yg berupa perbuatan ghibah.

Kelima, selalu ingat bila ia membicarakan saudaranya maka ia seperti orang yg makan bangkai saudaranya sendiri.

Keenam, mengingatkan orang yg sedang melakukan ghibah bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram dan dimurkai Allah.swt.

Ketujuh,selalu menjaga lisan. Hendaknya kita selalu memperhatikan apa yg kita ucapkan. Apakah mengandung ghibah atau bukan.
Rasulullah.saw bersabda: “Seorang muslim sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (H.R.Muslim).

Sumber Majelis Ta’lim Aisyaturridha Rabu pahing.

Semoga bermanfaat untuk kita semua khususnya saya pribadi dan semoga ilmu yg sedikit ini mampu menjadi pengingat disaat kita tengah lupa atau lalai, tidaklah ada dari manusia yg terluput dari dosa kecuali Rasulullah.saw tapi sebaik2nya insan yaitu yg semakin bertambahnya hari semakin bertambah pula amal baiknya. Dan mohon maaf jika ada kata yg kurang berkenan atau menyinggung hati atau perasaan, apalah artinya diri ini yg terlalu banyak kesalahan dan dosa hanyalah ingin berbagi dari apa yg telah di dapat.  “Lihatlah isi ilmunya tapi jangan melihat siapa yg menyampaikannya.”

KISAH SEORANG AYAH


CERITA PENDERITAAN SEORANG AYAH

Pada zaman Rasul.saw ada seorang laki-laki yg mengadukan ayahnya bahwa ayahnya telah mengambil hartanya, maka Rasul.saw pun menyuruh anak laki2 tersebut membawa ayahnya datang menghadap beliau,
 kemudian malaikat jibril pun pada saat itu berbisik pada Rasulullah dan berkata
 “Yaa Rasulullah kalo ayah anak itu datang tanyakan pada dia syair yg setiap malam dia baca, yg dia ucapkan didalam hatinya dan tidak pernah di dengar oleh kedua telinganya, kalo dia datang tanyakan itu”
maka anak itu pun datang bersama ayahnya dan berkata “ ini Ya Rasulullah ayahku” maka Rasulullah pun bertanya “apakah benar kamu suka mengambil harta anakmu?”
maka sang ayah pun menjawab “tanyakan Yaa Rasulullah untuk apa aku mengambil hartanya, hanya untuk aku nafkahkan kepada salah satu bibinya atau untuk aku sendiri ? tanyakanlah Yaa Rasulullaah.. aku hanya ingin mamberikan yg wajib saja, bibi2nya ini fuqara’ semua dan dia adalah seorang yg kaya maka aku ambil sedikit hartanya untuk aku dermakan kepada bibinya sendiri untuk memberi nafkah kepada bibinya sendiri bukan untuk kepentinganku sendiri.”
Lantas Rasulullah.saw pun berkata “ kholas g usah di bahas ini tapi ku ingin dengar darimu syair yg kamu  ucapkan dalam hati yg tidak didengar oleh telingamu sendiri”.
Maka orang itu pun berkata “Yaa Rasulullah aku semakin percaya kepada kenabianmu, karena ini tidak ada yang tahu, jangankan orang lain bahkan telingaku sendiri tidak pernah tahu” maka orang itu pun membacakan syairnya..
Ketika engkau lahir aku memberimu makan
Dan ketika engkau tumbuh dewasa aku slalu menjagamu
Engkau di beri minum dari jerih payahku
Jika malam hari engkau sakit..
Maka sepanjang malam aku tidak tidur memikirkan penyakitmu
Hingga tubuhku sempoyongan karena ngantuk..
 Seakan-akan aku yg sakit..
Air mataku pun mengalir deras dan aku pun khawatir kau akan mati..
Saat engkau mencapai usia yg tepat..
Saat kuharap dirimu dapat membalasnya
Kau pun balas aku dengan kekasaran dan kekejaman
Seakan-akan engkaulah pemberi ni’mat dan yang dermawan.
Andai saja tak kau penuhi hakku sebagai ayah..
Kau perlakukan aku sebagai tetangga yg hidup berdampingan
Mendengar syair itu Rasulullah.saw pun menitikkan air mata seraya berkata “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu”
Ta’lim Sabtu Roudhah tentang “HAK SEORANG AYAH”